Saat aku menulis ini, aku telah berbulan-bulan sendiri tanpa
seseorang yg perhatian setiap saat. Mungkin sudah berbulan-bulan pula hati ini
kosong.....
Kosong bukan berarti tanpa seseorang, tapi kosong karena
seperti kehilangan ‘rasa’ yg sebelumnya ada, sebelumnya menjadi teman setia,
menjadi sebuah hal yg selalu dapat mengubah mood.
Maaf jika aku lancang menyakitimu, bukan maksud untuk
membalas dendam atas apa yg pernah kamu perbuat dan kamu tidak kapok. Kamu
mengulangi hal yg membuatku sakit sedemikian dalam dan pada akhirnya aku
kehilangan ‘rasa’ yg sebelumnya telah susah payah aku bangun bersamamu.
Runtuh secara perlahan seiring dengan perbuatanmu.
Apa aku salah? Apa aku kurang ajar? Aku merasa pantas, aku
merasa berhak. Rasa ini memang perlahan hilang, walaupun tetap bersisa.
Semenjak sebelum kita pisah, rasa itu sudah mulai runtuh secara perlahan namun
belum sepenuhnya. Dan suatu ketika, tepat di tanggal kita yg ke 22, kamu
mutusin buat pergi ninggalin aku.
Kekagetanku membuat aku berusaha untuk mempertahankan kita,
kita yg sudah terjalin lama, bagiku sangat lama...... tapi akhirnya aku
merelakanmu, bye.
Yah...... walaupun kesedihan melingkariku selama beberapa
waktu, waktu yg tidak terlalu lama dan aku berusaha bangkit. Aku bisa walaupun
tanpa kamu, aku bisa walaupun aku sendiri, aku yakin semua ini adalah yg
terbaik buat kita, buat kebahagiaan kita masing-masing.
Dan hatikupun melayang..... tidak tenggelam, tapi juga tidak
terapung. Bimbang dalam sebuah perasaan, perasaan yg aneh, yg membuat rasa
bersalah ada lagi, menghujam dengan hebatnya. Namun seketika itu juga hilang
dan disambut dengan secercah kebahagiaan yg hanya aku sendiri yg dapat
merasakannya.
Dia...
Dia yg semenjak sebelum kamu pergi, memberi warna
baru dalam hidupku. Aku menemukan senyum malu-maluku yg telah lama hilang.
Menggantikan senyum-senyum yg kadang aku paksa untuk terkembang. Dia.........
seperti sebuah pelangi, pelangi yg begitu indah.
Aku masih ingat dengan jelas, dia menghubungiku melalui
saluran telepon, suaranya yg tidak seperti biasanya menyambut dari seberang,
dan itu...... menyenangkan.
Kamu tidak tahu betapa spesialnya hal se-sepele itu bagiku,
tapi kamu tidak memahami apa yg aku mau, sebuah teks itu tidak cukup. Aku tidak
bisa tahu bagaimana nada suaramu, senang / sedih? Atau mungkin datar-datar
saja? Entahlah.
Suaranya yg hangat membuatku tersenyum sepanjang saluran
telpon itu belum terputus. Bahkan setelah terputuspun semakin tidak bisa hilang
senyum dari bibirku ini, membuat aku insomnia .
Kecewa. Itu perasaanku ke kamu.
Sebongkah kebahagiaan seakan-akan menyongsongku setelah dia
datang.
Walaupun kedekatan ini sepertinya sudah sangat biasa
baginya. Bagiku? Allahuakbar. Pesan darinya sudah bisa membuatku selalu melihat
layar hp, takut-takut kalau dia sms tapi aku tidah mengetahuinya. Takut jika sms
hanya beberapa potong dialog saja. Takut.....
Ketakutanku ini sebenarnya tanpa sebab. Aku hanya teman
dekatnya, teman curhat yg selalu menasehati kalau dia berbuat diluar garis. Dia
yg memintaku untuk mengingatkannya agar dia sadar. Kembali menuju jalan penuh
ridha-Nya.
Sedikit banyak aku mulai berhasil. Tembakau yg biasa dia
hisap pun mulai berkurang, alkohol dan segala yg berbau ‘nakal’ pelan-pelan
mulai dia hindari.
Satu hal yg susah. Playboy.
Curhatannya hampir semuanya tentang cewek. Cewek. Cewek.
Segala daya dan upaya udah aku coba buat nyadarin dia, tapi
yah........ sifat itu seperti sudah mendarah daging. Mau diapakan juga susah.
Tapi herannya, dia ini playboy yg suka masak, cengeng, dan
takut darah.
Alhamdulillah aku bisa mengetahuinya secara nyata. Aku terlibat
di dalamnya. Sederhana tapi itu menyenangkan.
Playboy sudah wajar kalau romantis. Tapi ya namanya juga
ahli dalam bidangnya, walaupun sudah mengetahui tabiat busuknya, tetap saja aku
terjerat. Alay? Berarti Anda belum pernah jatuh cinta.
No one care like you do. Layaknya adegan di sinetron, si
cowok memberikan jaket atau kemeja untuk si cewek agar tidak kedinginan. Dan aku
mengalaminya. Iri? Kasian :p
Layaknya sebuah pelangi seperti yg aku katakan tadi.
Pelangi itu indah.
Pelangi muncul setelah hujan turun dibantu oleh matahari.
Pelangi itu momen langka.
Jarang terjadi, tapi selalu dinantikan.
Pelangi itu....... sementara.
Hanya muncul sesaat setelah hujan turun.
Pelangi itu dia.
Dia muncul hanya dalam waktu yg singkat, kemudian hilang
bagai ditelan bumi. Pelangi yg ini berbeda, dia tidak muncul lagi setelah hujan
badai atau apapun menerpaku.
Aku merindukan pelangi yg dulu aku idam-idamkan saat masih
kecil. Dan sekarang, aku merindukan pelangi yg berbeda dari masa kecilku.